Teman VS Bisnis adalah Kehancuran


Kenapa ya kok bisa keluar pernyataan kalau teman VS bisnis adalah kehancuran? Setidaknya kata saya. Alasannya karena saya seringkali mengalami hal ini. Masih ingat ketika tiba-tiba seorang teman meng-unfriend saya ketika saya ingatkan untuk tidak tag foto-foto jualannya di FB saya. Secara saya juga berjualan barang sejenis, please deh. Pun seorang teman yang tanpa malu-malu mempromosikan barang jualannya di fanspage jualan saya yang notabene saya gunakan juga untuk berjualan barang yang sama persis.

Dulu juga, saya yang tidak tahu menahu tentang berjualan di FB tiba-tiba dipercaya seorang teman untuk menjadi marketing on-line nya dengan menjual produknya yang ternyata dijual oleh teman-teman dekat saya juga dengan harga yang jauh lebih murah tentunya. (Secara dia yang bikin barang). Dan…kontan mereka protes, and hallo…saya digaji loh, dan saya hanya menjalankan pekerjaan saya sebagai internet marketernya.

Begitulah dahsyatnya SocMed. Sekaligus negatifnya berjualan di SocMed. Terutama yang sistemnya jaringan yang memungkinkan kita memiliki pasar yang sama dengan penjual on line yang lain. Sebabnya tentu karena sekampus, memiliki minat yang sama hingga berada dalam satu grup yang sama, sesekolah dulunya (SD,SMP atau SMA), atau bahkan tinggal di lingkungan yang sama.

Bisa jadi karena itu dunia ini terasa menjadi lebih sempit. Dan itu artinya bisa jadi pula kita memiliki saingan yang sama. Jangan heran kalau gara-gara ini sering terjadi perang dingin. Tentunya diantara teman yang sama-sama berjalan on-line.

Awalnya tentu karena melihat peluang yang ada. Betapa mudahnya berbisnis On Line. Bahkan tanpa modal, tanpa toko, kita bisa menghasilkan pundi-pundi uang yang tak terbatas. Benar-benar menjanjikan. Siapa yang enggak mau? Tinggal mainin gadget, rajin jawabin comment, punya banyak teman, kasih pelayanan yang baik. Uang itu akan terus mengalir ke rekening kamu. Apalagi disertai pengelolaan keuangan yang baik. Yakin deh kalau kamu pasti sukses menjalankan bisnis ini.

Tapi hati-hati ya…sekali lagi saya ingatkan Teman VS bisnis adalah kehancuran. Sebab, perang dingin, persaingan itu sesuatu yang buruk yang bisa merusak jiwa kita dan menguras energi. Ujung-ujungnya. Sikut menyikut, sindir menyindir, sampai akhirnya salah satunya menyingkir. Parahnya lagi kalau teman adalah partner bisnis kamu. Orang yang mempunyai peranan penting dalam men-supply barang yang kamu jual.

Ketika dia tidak sesuai janji, mulai dari kualitas barang, waktu pengiriman yang molor, size yang salah, warna yang tidak sesuai, dll akhirnya pertemanan itu langsung berjarak teramat sangat jauh. Membuatmu seakan-akan menjadi musuh yang paling dibencinya. BBM D terus da di baca-baca, SMS enggak dibalas, Di tlp enggak diangkat. Dan ini berlangsung bisa berhari-hari. Padahal dalam Islam aja enggak boleh kan berantem lebih dari 3 hari. Tapi dalam bisnis mungkin bagi YBS sah-sah saja.

Padahal pelanggan kamu terus menerus meminta kepastian, komplen, dll yang tidak bisa kamu jawab tanpa ada jawaban dari teman kamu ini. Kamu bisa apa? Apakah dalam waktu sekejab bisa segera mencari rekan bsnis yang lain? Kan enggak semudah itu. Hellow!!!

friend vs bisnis

OMG…sedahsyat itulah jika partner bisnis Anda adalah teman Anda. So, pikirkan sekali lagi untu berbisnis dengan teman. Teman VS bisnis adalah kehancuran. Deal?***

Mak Nyai, Ibu yang Bukan Ibu Kandungku


Ibu yang bukan Ibu kandung? Tadinya mau ikut posting serentak KEB, tapi tahunya salah tema ya…hahaha…Ya sudah gpp, Lanjut…

Jika berbicara tentang Ibu yang bukan Ibu kandung salah satu nama yang langsung terbersit di pikiranku tentu Mak.Nyai. Pengasuhku dari waktu aku masih bayi. Sesudah aku besarpun perilakunya tak ubah seperti seorang Ibu pada anaknya. Dia masih sering memeluk dan menciumiku bahkan setelah aku mempunyai seorang putri.

Beberapa minggu setelah kelahirku, Ibuku harus bekerja kembali karena cuti melahirkannya sudah habis. Maklum, Ibuku cuti lebih awal karena perintah bosnya mengingat usia Ibuku yang masih kecil, badan mungil dan perutnya yang semakin membesar. Ini membuat bosnya khawatir dan memerintahkan Ibuku untuk mengambil cuti lebih cepat dari seharusnya. Hasilnya setelah melahirkan justru waktu bersama saya, anaknya semakin sempit lagi.

Mak.Nyai-lah yang menjadi harapan Ibu saya untuk bisa menjagaku selama ia bekerja. Setelah menikah bertahun-tahun ia dan suaminya memang masih belum juga dianugerahi keturunan. Itulah yang membuatnya begitu cinta dengan anak-anak. Bahkan ia pun akhirnya ‘mengadopsi’ anak. Tentu dengan tetap membiarkan anak tersebut mengenal dan seringkali bertemu dengan orang tuanya.

Aku dalam pengasuhannya hingga berumur 4 tahun-an. Ketika aku sudah masuk TK dan uwa yang tinggal serumah denganku berkepentingan yang mengharuskannya meninggalkankupun seringkali masih menitipku padanya. Hingga akhirnya aku tahu bahwa meskipun ia bukan Ibu kandungku tapi semua yang ia lakukan sudah cukup membuatku merasa ia seperti Ibu kandungku sendiri bahkan lebih.

Dia yang mengurusi urusan minum susu, bubur, sakit hingga sehatku, hingga imunisasiku. Salah satu treatmen kesehatan yang justru dibenci Ibuku karena akan membuatnya kelelahan akibat kerewelanku menahan benda asing yang masuk ke tubuhku. Ini tentu membuat insentisitas istirahatnya terganggu sementara besok paginya Ibuku harus bekerja lagi. Tapi karena Emak Nyai ingin aku sehat, maka ia tidak pernah menghiraukan permintaan Ibuku untuk tidak memberikan imunisasi padaku. Ia tetap saya membawaku ke Posyandu dan memberi imunisasi untuku hingga lengkap.

Begitulah sosok Mak.Nyai, Ibu yang bukan Ibu kandungku ini. Dia mencurahkan segenap kasih sayangnya untuku padahal aku bukan anak yang terlahir dari rahimnya. Ia tak lelah untuk menjagaiku bahkan tanpa digaji sekalipun. Baginya mengasuh anak-anak, termasuk aku adalah salah satu pekerjaan yang dicintainya. Karena ia tahu, bahwa hanya anak-anaklah yang benar-benar bisa merasakan tulusnya perasaan cinta begitupun ketika mereka bisa mencintai dengan tanpa syarat pula.

Setiap bertemu tak lupa untuk selalu kupeluk. Ia pun tak bosan untuk mengelusku sambil membisikan doa-doa tulusnya untuku. “Amin” Kata-kata itu yang selalu kulontarkan setiap ia mendoakanku. Semoga doa-doa Ibu yang bukan Ibu kandungku ini dikabulkan Allah Begitupun doaku untuknya.

mothers day

Ibu…Selamat hari Ibu. Walaupun engkau tak pernah mengandung, melahirkan bayi-bayi mungil dari rahimmu engkau tetaplah seorang Ibu untuku. Semoga engkau selalu diberi kesehatan, panjang umur, selalu diberi berkah dan keselamatan dari Allah. Hatimu selalu dipenuhi kehangatan dari orang-orang engkau sayangi dan menyayangimu.

Terima kasih telah menyayangi aku, menjagaku, melakukan tugas yang seharusnya dilakukan Ibu kandungku dengan baik. Bahkan engkau sudah siap mengorbankan jiwamu untuk menyelamatkanku ketika api hampir melalap habis tubuh mungilku dulu. Terima kasih Ibu…Bagiku engkau tetaplah Ibu walaupun bukan Ibu kandungku.***

Duka Saya Hari ini


Waduh udah lama banget ya enggak nulis Blog. Selama ini malah sibuk bikinin tulisan buat website-website orang lain. Blog sendiri tidak terurus. Dukanyan sama seperti duka saya hari ini. Sempet sih nulis-nulis tapi malah jadi tulisan buat calon buku atau enggak tuntas gegara enggak ada fotonya. Jadi menumpuklah di file. Mungkin nanti sedikit-sedikit coba saya masukin deh kalau ada kesempatan. Gpp juga kali enggak ada foto daripada blognya kosong melompong.

Tapi biarlin ajalah…daripada udah lema enggak up date. Hari ini saya sedang berduka karena kemarin sore Nenek tercinta dipanggi Sang Kuasa. Saya ini memang cucu tak berguna. Udah lama banget saya enggak ketemu nenek. Selain karena memang lokasinya yang jauh dari tempat tinggal, juga karena kesibukan, enggak ada kendaraan, dan banyak lagi lah…Intinya Sikon yang selalu tidak memungkinkan.

Menjelang dimakamkannyapun saya hanya bisa shalat ghaib dari sini. Pekalongan yang letaknya ribuan km dari tempat nenek saya tinggal. Cikajang, Kab.Garut. Kondisi saya yang sedang hamil muda, anak yang masih Balita, suami yang berjauhan juga hingga ratusan Km lagi-lagi membuat saya tidak bisa mengantarnya jenazahnya hingga ke liang lahat.

Saya hanya bisa berdoa, semoha Almh.Nenek saya diterima disisi-Nya, diampuni segala kesalahannya dan dosanya di masa hidupnya, dan diterima segala amal ibadah dan amal shalehnya. Atas jasanya melahirkan dan membesarkan ayah saya, dan semua kebaikannya. Semoga orang yang udah jahatin nenek saya juga segera sadar atas kesalahannya sampai membuat nenek saya depresi dan sakit kaya gitu.

Tapi sudahlah, setiap perbuatan baik bukankan selalu dibalas dengan perbuatan baik begitupun sebaliknya. Yang terpenting semoga Nenek lebih berbahagia di alam sana. Bisa berkumpul kembali dengan suami yang dicintainya, anak yang lebih dulu meninggalkannya dan mendapat semua kebaikan Allah. Dilapangkan kuburnya, diberi tempat terbaik disisinya. Amin

Inget aja dulu kalau saya seneng banget kalau diajak nenek ke hutan. Saya membantu beliau mencari kayu bakar dan jika di kebunnya kami menemukan buah yang bisa dimakan mulai dari Huni, buah empot, apapun…Kami mencabut dan menyicipinya. Ya, semacang si Bolang gitu…hahahah…

Satu lagi, kalau nenek sedang bikin wajit, saya juga suka banget. Soalnya sibuk nyicipin. Wajit atau angleng yang masih panas itu ditiup dan dimakan hangat-hangat. Rasanya beda banget sama yang udah dibungkus. Maknyos deh pokoknya. Udah lama banget juga enggak ngerasain wajit atau angleng panas buatan nenek.

Masa-masa itu nenek masih tinggal di Citiru yang masih belum ada listrik, yang sebagian penduduknya masih bermata pencaharian dari bercocok tanam atau beternak. Sekarang sih udah enggak. Sebagian besar kaum laki-laki kebanyakan mencari nafkah di kota. Meninggalkan anak-anak dan istri mereka di kampung. Jadi kalau siang hari tuh katanya kaya perkampungan Ibu dan anak. Enggak ada suami-suami atau pemuda-pemudanya.

Bagi yang beruntung, dengan pendidikan yang lebih dari SMA maka mereka bisa bekerja sebagai pegawai negeri, BUMN seperti ayah saya, atau pekerjaan lain. Tentunya dengan penghasilan yang tetap dan lebih besar. Ah tapi hari gini….Sulitnya mencari tukang yang profesional juga membuat bayaran tukang bangunan cukup dapat diperhitungkan. Apalagi mereka yang sudah berpengalaman. Sehari di Bandung saja penghasilan mereka minimal 100-200ribu. Coba bayangkan kalau dalam 30 hari mereka bekerja setiap hari. penghasilan mereka dalam sebulan bisa 3-6 juta. Kalah deh gaji saya waktu masing ngantor dulu.

Bekerja dengan dandanan necis tidak menjamin pendapatan di atas para tukang bangunan ini. Bahkan dengan berjualan on line saja yang bisa bebas mengatur waktu atau hanya sekadar menjadi dropshiper saja dalam satu bulan bisa mendapatkan penghasilan berlipat-lipat dibandingkan jaman saya kerja dulu. Jadi pertanyaannya Anda butuh gengsi atau uang? hahahaha….

Jadi tolong stop ya meremehkan mereka-mereka yang bekerja tanpa dasi atau blazer. Karena belum tentu dompet mereka setipis dompet Anda di atas tanggal 15.

Wah, jadi kemana-mana nih. Begitulah saya, menulis itu lebih mengasyikan bagi saya daripada mengobrol berlama-lama. Membuat saya bisa lebih berkontemplasi diri. Mengurai masalah, mengidentifikasinya dan mencoba mencari solusinya.  Keep writing Guys! Sekalipun kamu sedang berduka seperti duka saya di hari ini.***